Manajemen Waktu

Soal Mengucap Syukur – Informasi Spiritual

Soal Mengucap Syukur – Informasi Spiritual – Di Amerika Serikat, kami baru saja merayakan hari Thanksgiving. Banyak negara lain juga punya versi mereka sendiri dari hari bersyukur ini. Tapi sebenarnya, bersyukur itu nggak seharusnya hanya dirayakan satu hari dalam setahun. Memang bagus ada hari khusus untuk itu, tapi pada akhirnya, setiap orang perlu belajar untuk bersyukur setiap hari, sepanjang tahun.

Kadang kita melihat kondisi keuangan kita dan merasa nggak ada hal yang patut disyukuri. Di lain waktu, kita menghadapi masalah dalam hubungan atau kesehatan dan berpikir kalau bersyukur itu malah terasa aneh. Tapi kalau kita lihat sekeliling, kita akan sadar bahwa kita nggak sendirian dalam kesulitan ini. Banyak orang lain juga sedang berjuang menghadapi masalah yang sama.

Bersyukur atas hidup itu sendiri adalah cara untuk membuat hidup terasa lebih baik. Saat kita mengalihkan perhatian dari masalah kita, meskipun cuma sebentar, dan mencoba merasakan kebahagiaan di hati kita, dunia ini terasa sedikit berbeda. Aku sendiri nggak tahu kenapa ini bisa terjadi, dan sejujurnya aku juga nggak butuh tahu. Yang aku tahu adalah semesta selalu merespons dengan cepat hati yang penuh rasa syukur.

Hati yang bersyukur mungkin adalah hati yang penuh dengan “kehebatan.” Mungkin saat kita berhenti sejenak dari kesedihan dan fokus pada hal-hal baik, aliran kehidupan dalam diri kita jadi lebih lancar dan lebih damai.

Coba deh, lakukan sendiri. Berhenti sebentar dari apa pun yang sedang kamu lakukan, cukup satu atau dua menit saja. Tenangkan pikiranmu. Kalau kamu sedang sangat takut dengan keadaan di sekitarmu atau merasa masalahmu terlalu berat, mungkin awalnya ini terasa sulit. Tapi dengan latihan sedikit demi sedikit, satu-dua menit setiap hari, lama-lama akan jadi lebih mudah.

Dalam waktu satu atau dua menit itu, pikirkan dua atau tiga hal yang kamu syukuri dalam hidup. Rasakan betapa beruntungnya kamu punya hal-hal itu. Contohnya, aku merasa sangat diberkati karena punya dua anak, Malika dan Jonathan, yang tumbuh dengan baik. Memang, ada saat-saat di mana aku merasa ingin kabur dari rumah. Ada juga momen-momen penuh kecemasan yang bikin aku berpikir, “Mungkin anak-anak memang diciptakan untuk membuat orang tua gila.” Tapi bukankah kita semua pernah merasa begitu?

Walaupun jadi orang tua itu naik-turun, aku tetap merasa orang paling beruntung di dunia karena punya mereka. Mereka mengajariku kesabaran, cinta tanpa syarat, dan banyak pelajaran lain yang nggak bisa aku sebutkan satu per satu. Aku belajar dari mereka. Aku nggak akan jadi seperti sekarang kalau bukan karena pengalaman menjadi ayah mereka. Dan untuk itu, aku bersyukur. Aku mengucapkan terima kasih.

Bagaimana dengan situasi yang nggak menyenangkan? Apakah aku senang atau bersyukur karena istriku meninggal di usia 30-an? Haruskah aku berterima kasih karena harus membesarkan dua anak kecil sendirian dan mengatur ulang seluruh hidupku? Tentu saja tidak! Tapi aku tetap bersyukur karena dia pernah menjadi istriku selama bertahun-tahun. Saat kami menikah, dia baru berusia 19 tahun. Aku bersyukur atas cintanya, kebaikannya, kasih sayangnya, dan atas semua yang telah dia berikan sehingga aku bisa menjadi diriku yang sekarang.

Kita semua bisa mengubah tragedi menjadi kemenangan, bencana menjadi sesuatu yang lebih bermakna, kalau kita tetap memiliki rasa syukur dalam hati kita dan mendengarkan suara hati serta jiwa kita. Di saat-saat hening, di momen-momen “bersyukur” itulah kita bisa mendengar semesta berbicara kepada kita.

Kalau kita mendengar dengan baik, kita akan mendengar semesta berkata:
“Kamu adalah anakku, dan aku sangat mencintaimu. Lihatlah sekelilingmu. Semua yang aku miliki adalah milikmu. Segalanya adalah untukmu. Itu selalu ada untukmu. Bukalah hadiah-hadiah itu.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *